Kasus Enron dalam keterkaitannya dengan COSO Internal Control: Integrated Framework

Di dalam COSO Internal Control: Integrated Framework, terdapat tujuh elemen pokok di dalam control environment. Pada setiap ketujuh elemen tersebut, akan diulas mengenai implementasi maupun pelanggaran yang dilakukan oleh Enron.

Integrity and Ethical Values

Enron mempunyai nilai yang selalu diberitakan bahwa dijunjung tinggi oleh Enron dan karyawannya, yaitu “brightly colored banners heralding employees’ commitment to Enron’s ‘Vision and Values’: Respect! Integrity! Communication! Excellence!”. Bahkan, Ken Lay dan Jeff Skilling ikut tampil dalam iklannya yang mempromosikan nilai tersebut. Namun hal berbeda dengan kenyataan.

Skilling yang terobsesi dengan rasio-rasio di laporan keuangan, melakukan transaksi yang berdampak pada jangka pendek. Segala usaha, baik beretika maupun tidak, dilakukan demi mencapai naiknya harga saham. Di lain pihak, Andrew Fastow berupaya untuk melakukan berbagai EBK agar mendapat keuntungan pribadi. Karena masing-masing orang tersebut adalah manajemen senior, maka perilaku dan tujuan mereka akan sangat mempengaruhi budaya kantor secara keseluruhan. Seperti pada contohnya, Skilling memberikan bonus yang sangat berlebihan apabila karyawan dapat mencapai target, walaupun belum tentu target tersebut dilakukan dengan etis. Oleh karena itu, kami memutuskan bahwa dalam elemen ini, terdapat defisiensi pengendalian dan bersifat mayor.

Commitment to Competence

Pada umumnya posisi disesuaikan dengan potensi karyawan. Namun, manajemen senior Enron akan menaikjabatankan karyawan-karyawan yang tunduk, menurut dan bersedia untuk bekerja sama dengan manajemen senior Enron. Sehingga, karyawan-karyawan inti Enron merupakan karyawan yang bersedia untuk melakukan fraud, mudah diatur dan lain sebagainya. Dengan demikian, Enron akan mudah untuk memanipulasikan laporan keuangan. Poin ini kami putuskan bahwa terdapat defisiensi yang bersifat mayor pada pengendaliannya.

Board of Directors or Audit Committee

COSO mengatakan bahwa BOD maupun BOC perusahaan seharusnya mempunyai peran yang signifikan dengan melakukan pengawasan terhadap akitivitas manajemen senior. Namun, BOD dan BOC di Enron tidak melakukan pengawasan, bahkan mereka menyetujui perilaku para manajemen senior di Enron.

Terdapat beberapa kejadian yang seharusnya baik BOD maupun BOC pasti mengetahuinya, namun mereka berpura-pura untuk tidak mengetahuinya. Walaupun terdapat BOC yang independen, namun mereka dipilih oleh Ken Lay, dan dibayar dengan mahal. Dengan melihat fakta-fakta tersebut, kami menganggap bahwa terdapat defisiensi yang bersifat mayor pada pengendaliannya.

Management’s Philosophy and Operating Style

Filosofi manajemen di Enron sangat berani. Mereka tidak takut pada otoritas maupun regulasi. Apabila tindakan mereka sudah terlalu agresif atau sudah tergolong ‘fraud’, sesama manajemen senior tidak memperdulikannya, selama memang bertujuan untuk menaikkan target mereka. Manajemen Senior Enron gagal untuk melakukan pengendalian internal, bahkan yang paling dasar sekali pun. Kami menganggap bahwa terdapat defisiensi yang bersifat mayor pada pengendalian tersebut.

Organizational Structure

Enron menggunakan struktur organisasi yang sangat kompleks, bahkan dengan struktur organisasi, Enron dapat memanipulasi laporan keuangan. Dengan menggunakan struktur yang sedemikian rumit, Enron dapat menaikkan profit dan menurunkan hutang. Fastow juga menggunakan struktur yang rumit dengan beberapa partnernya, seperti ‘Friends of Enron’, sehingga status mereka sebagai pihak ketiga dalam masalah EBK, tidak dipermasalahkan. Isu atas kerumitan struktur ini, kami masukkan ke dalam kategori defisiensi pengendalian yang bersifat mayor.

Assignment of Authority and Responsibility

Pada kasus Enron, terdapat dua isu mayor, yaitu (a) board mendelegasikan terlalu banyak otoritas kepada manajemen senior tanpa adanya pengawasan yang baik, (b) manajemen senior tidak memberikan otoritas apapun kepada karyawan-karyawannya pada beberapa transaksi, sehingga tidak ada satu orang pun yang dapat menyaksikan terjadinya transaksi tersebut. Kedua isu tersebut kami kategorikan ke dalam defisiensi pengendalian yang bersifat mayor.

Human Resource Policies and Practices

Dalam merekrut pegawai, kita harus memilih pegawai yang jujur, berambisi, baik dan lainnya. Namun, tampaknya di Enron kejujuran, kebaikan dan lain sebagainya tidak diperhitungkan. Bahkan, budaya di Enron secara tidak langsung mengatakan ‘Semakin tidak jujur, semakin baik’. Oleh karena itu, menurut kami terdapat defisiensi pengendalian, namun tidak bersifat mayor.

Leave a comment